MUHAMMAD AL-FATIH 1453
Episode 7: "Birth of The Promised Sultan"
Perlu
10 tahun bagi Mehmed I menyatukan keluarganya yg terserak akibat fitnah
kekuasaan, membangun fondasi baru yg lebih kuat. Mehmed I menjadi
Sultan generasi ke-5 Utsmani, termasuk seorang administrator negara dan
negosiator yang cekap pula. Walau tak banyak penaklukkan yang terjadi
pada zamannya, karena fokusnya pada reformasi internal dan soliditas
pasukan. Murad II yang menggantikan ayahnya menjadi Sultan Utsmani ke-6,
mewarisi segala persiapan yang dilakukan oleh ayahnya.
Murad II, Sultan ke-6 Utsmani
Pemuda cerdas berusia 18 tahun itu seorang yang lembut, penuh perhitungan, laksana Utsman bin Affan dalam jajaran shahabat.
Murad II saat latihan memanah sambil berkuda
Konon,
Murad II sangat menyukai bahasa dan sejarah, ia banyak menerjemahkan
kitab tafsir, tarikh dan adab ke dlm bahasa ibunya. Pada 1422, Murad
menggelandang meriam2 besi berukuran standar yang masih jarang pada saat
itu menuju tembok Konstantinopel
Jenis Meriam yang dibawa Murad II mengepung Konstantinopel pd 1422
Padahal
usianya belum genap 20 tahun saat mengepung kota Konstantinopel, dan
meminta agar kota itu diserahkan padanya. Seolah-olah pengepungan
Konstantinopel adalah kewajiban pertanda baligh bagi keluarga Ustman,
begitu Murad II melakukannya. Walau mengakibatkan guncangan pada kota,
namun tembok Konstantinopel masih terlampau kokoh hanya untuk meriam
biasa. Sadar dengan kenyataan bahwa selama senjata artileri tak
berevolusi, maka tembok terlalu kukuh, Murad II mengangkat kepungan.
Berkali-kali
pasukan salib dari Venesia, Hungaria, Serbia coba mengusik ketenangan
kaum Muslim, namun pupus dihadapan Murad II. Bahkan Penguasa Karaman,
wilayah Asia Utsmani memberontak pada Kesultanan Utsmani hanya berhasil
gigit jari di depan Murad II. Dengan elegansi politik dan kelembutan
militernya, Sultan Murad II membuat pasukan Italia mundur
tunggang-langgang pada 1432. Serbia dijadikan wilayah vassal Utsmani
pada 1439 dan sejak saat itu dunia barat mengetahui siapa sosok Murad
II. Disegani kawan dan lawan, Dihormati munafik dan mukmin. Kerendahan
hati Murad II berpadu dengan kekuatan insting perangnya
Pada
masa Murad II, pendidikan betul2 diperhatikan, setiap distrik madrasah
umum dibangun, dan ulama berdatangan ke tanahnya. Murad II juga
mewajibkan pendidikan kepada muda-mudi Muslim, bahkan menyeru yg belum
menikah membentuk pasukan azap (jejaka). Begitulah Murad II benar-benar
membuat kaum kristen selalu memanjatkan doa agar umur Murad II
dipendekkan. Lantunan tilawah Al-Qur'an terdengar syahdu sedan, ayat
demi ayat mengalir tenang dari lisan ksatria Allah, Sultan Utsmani.
Ayat
itu bercerita tentang janji Allah akan kemenangan-kemenangan kaum
Mukmin atas kekufuran, surah Al-Fath. Hati Sultan Murad II diliputi
kegalauan, hanya Al-Qur'an yang dapat menenangkannya dari berjalan
kesana kemari tanpa arah. Di ruangan lain, Huma Hatun, istrinya sedang
menyabung nyawa utk anak ke-3 nya, penerus jihad di jalan Allah. Sungguh
penantian yang mendebarkan bagi setiap ayah, bahkan jika dia adalah
seorang sultan gagah perkasa nan lemah lembut.
Ketika
bacaannya sampai pada surah Al-Fath, pekikan bayi menghentikan tilawah
Murad II, memaksanya berdiri segera menghampiri. Dengan langkah panjang
Murad II segera menuju tempat kelahiran, senang menyelimuti hatinya,
anak ke-3 nya laki-laki. Pada saat itu suasana begitu mendukung, setahun
terakhir itu Kesultanan Utsmani mendapatkan berkah Allah dari langit
dan bumi. Panen berlimpah, buah2 ranum menggantung dan ternak2 sehat,
penduduk menandakan ini adalah hal baik yang datang dari Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar