MUHAMMAD AL-FATIH 1453 Episode 8: "Conqueror in The Making"
Alat tulis digenggam oleh anak kecil itu, menggoreskan
berbagai hal yg bisa ditumpahkan dari pikirannya dari tulisan &
gambar. Dia menuliskan bahasa persia, arab dan turki, bahkan merancang
tugra miliknya sendiri, sebuah cap kebesaran atas namanya.
buku catatan Mehmed II (Al-Fatih) kecil
Dalam lembaran-lembaran lain, anak berusia 11 tahun itu
menggubah syair yang kualitasnya setaraf dengan penyair besar. Dalam
bait-bait yang dia gubah, sungguh terlihat mental dan kehormatannya
sebagai seorang Muslim, dalam usia yg masih belia. "NIATKU, taat kpd perintah Allah [Maka berjihadlah kalian di jalan Allah... (TQS 5:35)]" "SEMANGATKU, berupaya bersungguh-sungguh dalam melayani agamaku, agama Allah Swt" "TEKADKU, akan aku tekuk lututkan orang2 kafir dengan tentaraku, tentaranya Allah Swt" "PIKIRANKU, terpusat pada pembebasan (Konstantinopel), kemenangan, dan kejayaan, dengan kelembutan Allah Swt" "JIHADKU, dengan nyawaku dan hartaku, dan apalagi yang tersisa di dunia setelah ketaatan pada perintah Allah?”"KERINDUANKU, perang dan perang, ratusan rubu kali untuk menapatkan ridha Allah Swt" "HARAPANKU, akan pertolongan dan kemenangan dari Allah, dan ketinggian negeri ini atas negeri musuh-musuh Allah Swt"
Semangat jihad tertanam padanya laksana pohon yang
berakar kuat, dan buahnya tumbuh melalui tindak geraknya. Darah ahli
perang mengalir deras dalam urat nadinya berpadu dengan ideologi Islam
yang menyatu dengan jasadnya. Mehmed II tumbuh menjadi pemuda tangguh,
ksatria Islam yang menjadikan ridha Allah sebagai tujuan hidupnya .
Sejak kecil ayahnya, Murad II, telah memilihkan baginya
dua ulama pembimbing imannya, ulama terbaik di wilayahnya. Syaikh Ahmad
Al-Kurani sejak awal bersikap keras pada Mehmed II untuk membentuk
sikap hormat pada ulama. Dengan didikan yang tegas, Mehmed II berhasil
menghatamkan Al-Qur'an sedang usianya masih 8 tahun saat itu.bJuga
Syaikh Aaq Syamsuddin, ulama polymath pada bidang fikih, tarikh,
astronomi, pengobatan dll juga menjadi mentornya. Dengan pendekatan
personal dan keahlian yang lengkap, Syaikh Syamsuddin inilah yang akan
sangat berpengaruh bagi Mehmed II.
Setiap hari Syaikh Syamsuddin menceritakan tarikh Islam
pada Mehmed II kecil, menggambarkannya secara detail dan menarik.
Syaikh mendeskripsikan Rasulullah dan setiap akhlaknya, juga perangnya,
tak tertinggal sedikitpun dalam ceritanya. Juga penaklukkan para
shahabat, keksatriaan Umar bin Khaththab, Khalid bin Walid, Ali bin Abu
Thalib, dan jamak sahabat lain. Beliau pun mendedahkan perjuangan Tariq
bin Ziyad, Alp Arsalan, Salahuddin Al-Ayyubi dalam memperjuangkan deen
Islam.
Dan yang paling menarik dari semuanya bagi Mehmed II,
tatkala Syaikh Syamsuddin menyampaikan usaha penaklukan Konstantinopel.
Beliau menceritakan hampir setiap masa, jatuh bangunnya ummat Muslim di
depan tembok Konstantinopel yang kokoh teguh. Tak lupa juga menyitir
hadits Rasulullah saw tentang kepastian dibebaskannya Konstantinopel,
dan panglima terbaik saat itu.
"Konstantiniyye elbet birgun fetholunacaktir. O'nu fetheden komutan - ne guzel komutan, O'nun askeri - ne guzel askerdir"
Mata Mehmed II berbinar tiap kali Syaikh Syamsuddin
menceritakan Konstantinopel, kota itu menjelma menjadi impiannya. Dan
sejak saat itu, Konstantinopel tak pernah lepas dari pikiran Mehmed II,
berkewajiban bahwa dirinya adl penakluknya. Mehmed sangat sadar bahwa
Rasulullah berpesan bahwa "panglimanya adalah panglima yang terbaik",
maka itulah tujuannya. Shalat tahajud setiap malam adalah doanya pada
Allah, tak henti-hentinya semenjak ia baligh. Rawatib menjadi hal yang
selalu dia lakukan, sebagai pinta pula pada Allah agar berkenan pada
dirinya. Begitulah Mehmed II melayakkan dirinya untuk menjadi panglima
terbaik, agar Allah memilihnya jadi penakluk Konstantinopel.
Tumbuh menjadi penggemar bahasa dan sejarah, sama
seperti ayahnya, Mehmed bahkan menguasai 8 bahasa Internasional saat
itu. Bahasa ibu, Turki, Arab dan Persia ditambah Yunani, Latin, Serbia,
Hebrew dan Prancis untuk memastikan komunikasi dia kuasai. Bahkan ada
yang menyampaikan bahwa Mehmed belia menghabiskan hampir sebagian besar
waktunya diatas kuda dan berlatih. Ksatria Islam selanjutnya telah
lahir, dengan naluri perang 6 generasi Utsmani dan 800 tahun keyakinan
bisyarah Rasulullah. Siapa yang tahu
jalannya kedepan, tantangan tak dapat diterka dan dikira, namun
penaklukkan Konstantinopel adalah harga mati. Bagi Mehmed II, tak ada
yang dapat menawar bisyarah Rasulullah, apalagi menggantinya dengan hal
yang lain. Inilah kisah tentang seorang pemuda dengan prestasi melebihi
masanya, yang dijanjikan oleh langit ketujuh.
Mehmed II Khan bin Murad (Muhammad Al-Fatih)
Amasya, kota tempat Muhammad Al-Fatih dibesarkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar